Sejarah Teknologi Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
Masa depan adalah ruang kosong
yang tidak diketahui oleh manusia tetapi jangkauan ke atasnya boleh dilakukan.
Inilah keadaan yang dapat mengambarkan perkembangan teknologi yang semakin
canggih. Kita tidak tahu perkembangan teknologi pada masa akan datang tetapi
kita mampu untuk mengembangkan dan merancang pembangunan bidang teknologi dari
masa ke masa untuk jangkaan masa depan. Bidang teknologi amat luas untuk
diperkatakan.
Sejarah perkembangan Teknologi
Pendidikan telah berlangsung dari waktu yang lama sekali, Banyak pendapat dan
kejadian sejarah yang mendasari awal perkembangan Teknologi Pendidikan,
terutama yang berkaitan dengan perkembangan instruksional.
Teknologi pendidikan adalah suatu
cara yang sistematis dalam mendesain, melaksanakan, dan mengevaluasi proses
keseluruhan dari belajar dan pembelajaran dalam bentuk tujuan pembelajaran yang
spesifik.
Teknologi pendidikan pada awal
tahun 1920 dipandang sebagai media.
Pandangan teknologi pendidikan sebagai media adalah karena pada abad dua
puluhan ini pertama kali diproduksi media dalam pendidikan. Media dalam
pendidikan pada ketika itu di gunakan untuk menampilkan sebuah pembelajaran
visual yang film, gambar dan tampilan. pandangan teknologi pendidikan sebagai
media berlanjutan sehingga tahun 1950.
BAB II
PEMBAHASAN
Rumusan tentang pengertian
Teknologi Pembelajaran telah mengalami beberapa perubahan, sejalan dengan
sejarah dan perkembangan dari teknologi pembelajaran itu sendiri. Di bawah ini
dikemukakan beberapa definisi tentang Teknologi Pembelajaran yang memiliki
pengaruh terhadap perkembangan Teknologi Pembelajaran.
1. Definisi Association for
Educational Communications Technology (AECT) 1963
“Komunikasi audio-visual adalah
cabang dari teori dan praktek pendidikan yang terutama berkepentingan dengan
mendesain, dan menggunakan pesan guna mengendalikan proses belajar, mencakup
kegiatan : (a) mempelajari kelemahan dan kelebihan suatu pesan dalam proses
belajar; (b) penstrukturan dan sistematisasi oleh orang maupun instrumen dalam
lingkungan pendidikan, meliputi : perencanaan, produksi, pemilihan, manajemen
dan pemanfaatan dari komponen maupun keseluruhan sistem pembelajaran. Tujuan
praktisnya adalah pemanfaatan tiap metode dan medium komunikasi secara efektif
untuk membantu pengembangan potensi pembelajar secara maksimal.”
Meski masih menggunakan istilah
komunikasi audio-visual, definisi di atas telah menghasilkan kerangka dasar
bagi pengembangan Teknologi Pembelajaran berikutnya serta dapat mendorong
terjadinya peningkatan pembelajaran.
Menurut Januszewski dan
Persichitte, pada definisi ini terdapat tiga peralihan konseptual utama yang
memberikan kontribusi pada formulasi pelbagai pengertian TP sebagai suatu
teori: 1) Penggunaan konsep “proses” daripada konsep “produk”; 2) penggunaan
istilah “pesan” dan “instrumentasi media” daripada “bahan” dan “mesin”; dan 3)
pengenalan pada bagian-bagian teori belajar dan teori komunikasi. Memahami tiga
gagasan tersebut dan dampaknya antara satu dengan lainnya merupakan kunci
penting untuk memahami gagasan TP tahun 1963.
2. Definisi Commission
on Instruction Technology (CIT) 1970
“Dalam pengertian yang lebih
umum, teknologi pembelajaran diartikan sebagai media yang lahir sebagai akibat
revolusi komunikasi yang dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran di
samping guru, buku teks, dan papan tulis…..bagian yang membentuk teknologi
pembelajaran adalah televisi, film, OHP, komputer dan bagian perangkat keras
maupun lunak lainnya.”
“Teknologi Pembelajaran merupakan
usaha sistematik dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi keseluruhan proses
belajar untuk suatu tujuan khusus, serta didasarkan pada penelitian tentang
proses belajar dan komunikasi pada manusia yang menggunakan kombinasi sumber
manusia dan manusia agar belajar dapat berlangsung efektif.”
Dengan mencantumkan istilah
tujuan khusus, tampaknya rumusan tersebut berusaha mengakomodir pengaruh
pemikiran B.F. Skinner (salah seorang tokoh Psikologi Behaviorisme) dalam
teknologi pembelajaran. Begitu juga, rumusan tersebut memandang pentingnya
penelitian tentang metode dan teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan
khusus.
3. Definisi Silber 1970
“Teknologi Pembelajaran adalah
pengembangan (riset, desain, produksi, evaluasi, dukungan-pasokan, pemanfaatan)
komponen sistem pembelajaran (pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan latar)
serta pengelolaan usaha pengembangan (organisasi dan personal) secara
sistematik, dengan tujuan untuk memecahkan masalah belajar”.
Definisi yang dikemukakan oleh
Kenneth Silber di atas menyebutkan istilah pengembangan. Pada definisi
sebelumnya yang dimaksud dengan pengembangan lebih diartikan pada pengembangan
potensi manusia. Dalam definisi Silber, penggunaan istilah pengembangan memuat
dua pengertian, disamping berkaitan dengan pengembangan potensi manusia juga
diartikan pula sebagai pengembangan dari Teknologi Pembelajaran itu sendiri,
yang mencakup : perancangan, produksi, penggunaan dan penilaian teknologi untuk
pembelajaran.
Definisi ini berbeda dengan
definisi sebelumnya dalam tiga hal: pertama,
pandangan tentang pengembangan. Pada definisi sebelumnya yang dimaksud dengan
pengembangan lebih diartikan pada pengembangan potensi manusia sedangkan pada
definisi Silber, istilah pengembangan bersifat terbuka memuat perancangan,
produksi, pemanfaatan dan evaluasi teknologi untuk pembelajaran; Kedua, definisi 1970, demikian
pula definisi 1963, beranggapan bahwa TP bersifat man-machine system dan itu berkaitan dengan bahan.
Sedangkan definisi ini tidak hanya demikian tetapi juga merubah skup TP dengan
menambah komponen bidang ini seperti teknik dan latar. Dan terakhir, gagasan tentang TP
sebagai upaya problem solving merupakan sumbangsih original Silber, dan itu
merupakan inti dari definisi tersebut. Ide ini kemudian banyak diadopsi oleh
definisi selanjutnya.
4. Definisi MacKenzie
dan Eraut 1971
“Teknologi Pendidikan merupakan
studi sistematik mengenai cara bagaimana tujuan pendidikan dapat dicapai”
Definisi sebelumnya meliputi
istilah, “mesin”, instrumen” atau “media”, sedangkan dalam definisi MacKenzie
dan Eraut ini tidak menyebutkan perangkat lunak maupun perangkat keras, tetapi
lebih berorientasi pada proses.
5. Definisi AECT 1972
Pada tahun 1972, AECT berupaya
merevisi defisini yang sudah ada (1963, 1970, 1971), dengan memberikan rumusan
sebagai berikut :
“Teknologi Pendidikan adalah
suatu bidang yang berkepentingan dengan memfasilitasi belajar pada manusia
melalui usaha sistematik dalam : identifikasi, pengembangan, pengorganisasian
dan pemanfaatan berbagai macam sumber belajar serta dengan pengelolaan atas
keseluruhan proses tersebut”.
Definisi ini didasari semangat
untuk menetapkan komunikasi audio-visual sebagai suatu bidang studi. Ketentuan
ini mengembangkan gagasan bahwa teknologi pendidikan merupakan suatu profesi.
6. Definisi AECT 1977
“Teknologi pendidikan adalah
proses kompleks yang terintegrasi meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana,
dan organisasi untuk menganalisis masalah, merancang, melaksanakan, menilai dan
mengelola pemecahan masalah dalam segala aspek belajar pada manusia.
Definisi tahun 1977, AECT
berusaha mengidentifikasi sebagai suatu teori, bidang dan profesi. Definisi
sebelumnya, kecuali pada tahun 1963, tidak menekankan teknologi pendidikan
sebagai suatu teori.
7. Definisi AECT 1994
“Teknologi Pembelajaran adalah
teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta
evaluasi tentang proses dan sumber untuk belajar.”
Meski dirumuskan dalam kalimat
yang lebih sederhana, definisi ini sesungguhnya mengandung makna yang dalam.
Definisi ini berupaya semakin memperkokoh teknologi pembelajaran sebagai suatu
bidang dan profesi, yang tentunya perlu didukung oleh landasan teori dan
praktek yang kokoh. Definisi ini juga berusaha menyempurnakan wilayah atau
kawasan bidang kegiatan dari teknologi pembelajaran. Di samping itu, definisi
ini berusaha menekankan pentingnya proses dan produk.
8. Definisi AECT (2004)
Seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi terutama dalam bidang pendidikan, psikologi dan
komunikasi-informasi, TP sebagai bidang ilmu juga semakin berkembang. Demikian
pula dengan definisinya juga mengalami perbaikan. Hal itu juga tidak dapat
dilepaskan dari evaluasi dan kritik terhadap definisi 1994.
Kritik utama yang ditujukan pada
definisi 1994 adalah bahwa TP tampak terlalu berpendakatan sistem dalam
mengembangkan pembelajaran dan itu terlalu membatasi mainstrem guru,
administrator sekolah, peneliti dan juga para sarjana TP. Karenanya, definisi
1994 direvisi dengan definisi 2004 sebagaimana dirumuskan berikut ini:
“Studi dan praktik yang
berlandaskan etika dalam menfasilitasi belajar dan meningkatkan kinerja melalui
penciptaan, penggunaan, dan pengelolaan pelbagai proses dan sumber teknologi
yang tepat”.
Pada definisi yang terbaru ini,
gagasan tentang etika mulai dimasukkan. Sebagaimana kritik terhadap definisi
1994, mainstrem ilmuan, teknolog, dan praktisi TP begitu dibatasi dalam
pendekatan sistem yang memang demikianlah salah satu karakteristik teknologi,
sehingga menyebabkan TP demikian tidak luwes dan kehilangan sisi kemanusiaan
dalam pelbagai domainnya. Karenanya, diharapkan landasan etika yang menjadi
sumbangsih utama definisi terbaru ini bisa menanggulangi, meminjam istilah
Prof. Dimayati, “keterbudakan teknologi” dalam pembelajaran.
Sejarah Perkembangan Teknologi Pendidikan
Teknologi Pendidikan muncul
sebagai bidang studi dan kategori jabatan baru pada tahun 1960, tetapi sebelum
itu banyak peristiwa sejarah yan menajad dasar dari sebuah pondasi teknologi
pendidikan secara keseluruhan. Seperti psejaran perkembangan Instruksional atau
pengajaran. Disinni penulis akan menuliskan lebih lanjut mengenai sejarag
perkembangan tersebut, menyangkut perkembangan Teknologi Instruksional,
terdapat beberapa pendapat mengenai hal tersebut, mereka membaginya ke dalama
beberapa priode, di antaranya :
1. Periode 1932 – 1959
Brown (1984) membahas
penjelasan yang dikemukakan Seattler sekitar perkembangan teknologi
instruksional. Seattler mengemukakan bahwa teknologi instruksional memiliki dua
landasan filosofis dan teoritis yang sangat berbeda, yaitu; physical science
dan yang kedua behavior sicence.
Seattler menjelaskan
bahwa konsep ilmu pengetahuan alam tentang teknologi instruksional biasanya
berarti penggunaan ilmu pengetahuan alam dan teknologi rekayasa, seperti
projektor, tape recorder, televisi dan teaching mekanik untuk menyajikan
sekolompok materi instruksional., cirinya adalah bahwa konsep ini memandang
berbagai media sebagai pembantu untuk mengajar dan berkecendrungan untu lebih
memperhatikan alat dan prosedur dari pada memperhatikan perbedaan individual
siswa atau materi pelajaran.
Gagasan yang paling berpengaruh dan berakar pada konsep imu pengetahuan alam tentang teknologi instruksional ialah memasukkan material (audio visual) dan mesin (proyektor atau gambar hidup. dan mesin (proyektor atau gambar hidup).
Gagasan yang paling berpengaruh dan berakar pada konsep imu pengetahuan alam tentang teknologi instruksional ialah memasukkan material (audio visual) dan mesin (proyektor atau gambar hidup. dan mesin (proyektor atau gambar hidup).
2. Periode 1960 – 1969.
Beberapa kejadian
memberikan masukan terhadap prgeseran teoritis secara besar besaran berkenan
dengan teknologi intruksional pada akhir tahun 1950 dan awal 1960an, terutama
peritiwa peluncuran sputnik pada tahun 1957 yang mencengangkan dunia. Akibat
dari itu, terutama di Amerika, sekolah dikritik karena kegagalannya mengjarkan
science dan matematika dalam kapaitas yang cukup. Karena itu tekanan lebih di
alamatkan kepada teknologi instruksional, akibatnya terdapat dua konstruk
teoritis muncul secar bersamaan yang mempengaruhi lapangan teknologi
instruksional. Pertama yaitu pengaruh yang kuat dari aliran behaviorisme
terhadap semua pendekatan belajar dan yang kedua adalah pendekatan sistem
sistem yang datang dari teknik mesin dan teknologi. Gerakan yang berbeda ini
akhirnya melahirkan dan saling melengkapi yang disebut dengan Pengajaran
Terprogram. Gerakan kaum behavioris melahirkan pegembangan tujuan behavioral,
karena diperlukan perumusan tingkah laju lebih lanjut dalam merancang sebuah proses
pembelajaran.
3. Periode 1970 – 1983.
Mendekati akhir tahun
1970, muncul kembali pendekatan kognitif dalam pembelajaran. Banyak ahli
pikologi yang mengsulakan hal tersebut, salah satunya Wittrock.menurutnya
penekatan kognitif berimplikasi bahwa belajar dan pengajaran secara ilmiah akan
lebih produktif bila dipelajari sebagai sesuatu yang bersifat internal, yakni
suatu proses kognitif berperantara dari pada sebagai produk langsung dari
lingungan , orang atau fktor eksternal lainnya.
4. Periode 1983
Pada masa ini
berlangsung kekacau balauan akibat pertengan dari landasan teoritik teknologi
instruksional. Perbedaan pendapat ini terutama dialamatkan kepada para perintis
audio Visual. Seperti Salomon, yang menganggap audio visual itu sebagai agen
informasi dan bukan sebagai stimulus yang langsung untuk respon tertentu. Lebih
lanjut mereka berpendapat bahwa media tidak lebih dari kendaraan yang menganku
para ahli ke konfrensi pemecahan masalah dan memberi sumbangan
terhadappemahaman para ahli tentang masalah tersebut.
Lebih lanjut dari itu
sejarah perkembangan Teknologi Pendidikan tidak hanya terbatas pada hal
tersebut saja, kita tidak bisa begitu saja melepaskan kaitannya dengan sejarah
perkembangan Teknologi Pengajaran. Beberapa para ahli menyebutnya demikian dan
mereka menjelaskan perkembangan teknologi pembelajaran ke dalam beberapa masa
sejarah, diantaranya :
B. Media Pembelajaran Pasca Perang
Dunia II
Pasca-Perang Dunia II
program penelitian audiovisual adalah upaya terkonsentrasi pertama untuk
mengidentifikasi prinsip-prinsip belajar yang dapat digunakan dalam desain
bahan audiovisual. Namun, praktik-praktik pendidikan tidak terlalu dipengaruhi
oleh program-program penelitian bahwa praktisi utama mengabaikan atau tidak
dibuat sadar banyak temuan penelitian (Lumsdaine. 1963. 1964).
Sebagian besar
penelitian media yang telah dilakukan selama bertahun-tahun dibandingkan
seberapa banyak siswa telah belajar, setelah menerima pelajaran yang disajikan
melalui media tertentu, seperti film, televisi, radio, atau komputer, versus
berapa banyak siswa telah belajar dari hidup instruksi pada topik yang sama.
C. Perkembangan Terbaru Teknologi
Pembelajaran
Sejak tahun 1995,
kemajuan pesat dalam komputer dan teknologi digital lainnya, serta Internet,
telah menyebabkan minat yang meningkat pesat, dan penggunaan, media ini untuk
tujuan pembelajaran, khususnya dalam pelatihan bisnis dan industri.
Selain itu, kemajuan
dalam teknologi komputer, khususnya berkaitan dengan meningkatkannya kemampuan
multimedia media ini, membuat lebih mudah bagi pendidik untuk merancang
pengalaman belajar yang melibatkan interaksi antara peserta didik lebih konten
pembelajaran daripada sebelumnya.
Kemampuan komputer
untuk menyajikan informasi dalam berbagai bentuk pembelajara, serta
memungkinkan peserta didik untuk mudah link ke berbagai konten, telah menarik
minat perancang pembelajaran memiliki perspektif konstruktivis.
Teknologi
Pembelajaran, sebagai satu bidang keilmuan, memang tumbuh dari praktek
pendidikan dan gerakan komunikasi audio visual. Terutama pasca Perang Dunia II,
teknologi Pembelajaran semula dilihat sebagai teknologi yang berkaitan dengan
penggunaan peralatan, media dan sarana untuk mencapai tujuan pendidikan. Jadi
istilah itu sinonim dengan konsep ‘mengajar berbantuan peralatan audio-visual’.
ULASAN
Jika kita amati isi
kandungan definisi-definisi teknologi pembelajaran di atas, tampaknya dari
waktu ke waktu teknologi pembelajaran mengalami proses “metamorfosa” menuju
penyempurnaan. Yang semula hanya dipandang sebagai alat ke sistem yang lebih
luas, dari hanya berorientasi pada praktek menuju ke teori dan praktek, dari
produk menuju ke proses dan produk, dan akhirnya melalui perjalanan
evolusionernya saat ini teknologi pembelajaran telah menjadi sebuah bidang dan
profesi.
Sejalan dengan
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat,
khususnya dalam bidang pendidikan, psikologi dan komunikasi maka tidak mustahil
ke depannya teknologi pembelajaran akan semakin terus berkembang dan
memperkokoh diri menjadi suatu disiplin ilmu dan profesi yang dapat lebih jauh
memberikan manfaat bagi pencapaian efektivitas dan efisiensi pembelajaran.
Kendati demikian,
harus diakui bahwa perkembangan bidang dan profesi teknologi pembelajaran di
Indonesia hingga saat ini masih boleh dikatakan belum optimal, baik dalam hal
design, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, maupun evaluasinya. Kiranya
masih dibutuhkan usaha perjuangan yang sungguh-sungguh dari semua pihak yang
terkait dengan teknologi pembelajaran, baik dari kalangan akademisi, peneliti
maupun praktisi.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Sudrajat. (2008). Teknologi Pembelajaran.:
Alan Janusewski, 2008. Educational Technology : A
Definition with Commentary
Reiser Robert A. 2002. Trends and Issues in Instruction
Design and Technology.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar